BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sosiologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang
membahas perilaku manusia dalam bermasyarakat.Berbeda dengan psikologi yang
merupakan cabang ilmu pengetahuan yang membahas perilaku manusia sebagai bawaan
dari lahir dan bukan hasil dari interaksi atau hubungan bermasyarakat.Sosiologi
juga bukan cabang dari ilmu filsafat, sosiologi berdiri sendiri sebagai cabang
pengetahuan yang utuh.
Dalam perkembangannya mewujudkan sosiologi sebagai
ilmu yang berdiri sendiri, terdapat berbagai pandangan mengenai pokok persoalan
yang dibahas dan menjadi objek dalam kajian sosiologi.Inilah yang disebut
paradigma dalam sosiologi.Para tokoh sosiologi mempunyai berbagai pandangan
mengenai objek sosiologi sehingga menimbulkan terbentuknya perbedaan paradigma.
Paradigma yang berbeda-beda inilah yang menimbulkan
pertanyaan mengenai mana yang lebih baik dan mana yang mendekati kepada
kebenaran.Bagaimana masing-masing paradigma dalam menanggapi masalah sosial
yang seringkali terjadi di dalam bermasyarakat.Apakah setiap perilaku seseorang
merupaka suatu tindakan sosial. Dalam makalah ini sedikit akan memberi
penjelasan mengenai paradigma sosiologi.
B.
Rumusan Masalah
a.
Apa yang dimaksud dengan paradigma?
b.
Bagaimana paradigma para tokoh perintis sosiologi?
c.
Bagaimana paradigma para tokoh sosiologi masa kini?
d.
Bagaimana perbedaan paradigma dalam sosiologi?
e.
Apa kasus paradigma yang ada dalam kehidupan riil?
C.
Tujuan
a.
Menjelaskan arti dari paradigma.
b.
Menjelaskan paradigma para tokoh perintis sosiologi.
c.
Menjelaskan paradigma para tokoh sosiologi masa kini.
d.
Membedakan paradigma dalam sosiologi.
e.
Memberikan contoh kasus riil di masyarakat terkait
dengan paradigma dalam sosiologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Paradigma
Istilah
paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Khun di dalam karyanya The structure of Scientific Revolution.
Namun didalam bukunya ini dia tidak merumuskan secara jelas apa arti dari
paradigma. Kuhn sendiri nampaknya megartikan paradigma sebagai keseluruhan
susunan kepercayaan, nilai-nilai serta teknik-teknik yang sama-sama dipakai
oleh anggota komunitas ilmuwan tertentu.[1]
Sedangkan
menurut George Ritzer paradigma adalahpandangan dasar dari ilmuwan tentang apa
yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu
pengetahuan (discipline).[2]
Jadi istilah
paradigma itu diartikan sebagai pandangan mengenai pokok persoalan yang menjadi
pusat perhatian dalam suatu ilmu pengetahuan. Paradigma menentukan apa yang
seharusnya menjadi obyek studi dalam disiplin tertentu.
B.
Paradigma Para Tokoh Perintis Sosiologi
Paradigma merupakan suatu pandangan, yang sangat
dimungkinkan satu dengan yang lain memiliki perbedaan mengenai obyek studi.
Terdapat tiga paradigma sosiologi yang berkembang yaitu: paradigma fakta
sosial, paradigma definisi sosial, paradigma perilaku sosial.
a.
Paradigma Fakta Sosial
Dalam paradigma
ini yang menjadi kajian obyek persoalan berupa fakta sosial.Fakta sosial
merupakan cara bertindak, berpikir, dna berperasaan yang berada di luar
individu, dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikan.[3]
Arti penting
pernyataan Durkheim ini terletak pada usahanya untuk menerangkan bahwa fakta
sosial tidak dapat dipelajari melalu intropeksi.Fakta sosial harus diteliti di
dalam dunia nyata sebagaimana orang mencari barang sesuatu yang lainnya.[4]
Fakta sosial menurut Durkheim terdiri
atas dua macam:[5]
i.
Dalam bentuk material. Yaitu barang sesuatu yang
dapat disimak, ditangkap dan diobservasi. Contohnya arsitektur dan normahukum.
ii.
Dalam bentuk non material. Yaitu sesuatu yang
dianggap nyata (external). Contohnya
adalah egoism, altruism dan opini.
Secara
garis besar pusat perhatian paradigma ini adalah struktur sosial dan pranata
sosial.Dalam sosiologi modern pranata sosial cenderung dipandang sebagai antar
hubungan norma-norma dan nilai-nilai yang mengitari aktifitas manusia atau
kedua masalahnya.[6]Contohnya
keluarga, pemerintahan, agama.Sedangkan jaringan hubungan sosial di mana
interaksi sosial berproses dan menjadi terorganisir serta melalui mana
posisi-posisi sosial dari individu dan sub-kelompok dapat dibedakan, sering di
sebut struktur sosial.[7]
Ada empat teori yang tergabung dalam
paradigma ini:[8]
i.
Teori fungsionalisme struktural yang menekankan
kepada keteraturan dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam
masyarakat. Ilmuwan dari teori ini adalah Robert K.Merton. Masyarakat berada
dalam kondisi statis dan bergerak dalam kondisi seimbang.
ii.
Teori konflik dibangun untuk menentang secara
langsung teori fungsionalisme struktural. Masyarakat senantiasa berada dalam
otoses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terus menerus di antara
unsur-unsurnya.
iii.
Teori system
iv.
Teori sosiologi mikro
Yang
dominan dalam teori di atas adalak kedua yang disebutkan mula-mula.
Metode
yang digunakan dalam paradigma ini adalah menggunakan metode kuesioner dan interview
dalam penelitian empiris.Karena sebagian fakta sosial merupakan sesuatu yang
dianggap nyata.Sehingga tidak cocok menggunakan metode observasi yang
mempelajari gejala aktual saja.
b.
Paradigma Definisi Sosial
Berbeda dengan
Durkheim yang membedakan antara struktur dan pranata sosial, Weber tidak
memisahkan dengan tegas struktur dan
pranata sosial secara tegas. Pokok persoalan yang dibahas dari paradigma ini
adalah sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial.
Yang dimaksudkannya dengan tindakan sosial itu adalah tindakan individu
sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subyetif bagi dirinya dan
diarahkan kepada tindakan orang lain.[9]
Tindakan sosial yang dimaksudkan Weber bisa berupa
tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain ada juga tindakan yang
berupa “membatin” atau bersifat subyektif yang mungkin terjadi karena pengaruh
situasi positif.
Weber mengemukakan ada lima ciri pokok
yang menjadi sasaran penelitian sosiologi yaitu:[10]
i.
Tindakan manusia yang menurut si aktor mengandung
makna subyektif. Ini meliputi berbagai tindakan nyata.
ii.
Tindakan nyata yang bersifat membatin sepenuhnya dan
bersifat subyektif.
iii.
Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu
situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan
secara diam-diam
iv.
Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada
beberapa individu.
v.
Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan
terarah kepada orang lain itu
Selain
dari ciri diatas tindakan sosial juga bisa dibedakan dari sudut waktu. Tindakan
sosial yang diarahkan kepada waktu sekarang atau yang akan datang.
Ada tiga teori
yang masuk dalam paradigma ini yaitu:[11]
i.
Teori aksi
ii.
Teori interactionism
iii.
Fenomenologi
Ketiganya
mempunyai persamaan pandangan bahwa manusia adalah actor yang kreatif dari
realitas sosial, dan realitas sosial bukan merupakan alat yang statis yang
dipaksakan sepenuhnya oleh fakta sosial tidak sepenuhnya ditentukan oleh
noram-norma dan nilai yang ada.
Metode
yang digunakan untuk penelitian
cenderung menggunakan metode observasi. Alasannya adalah untuk dapat
memahami realitas intrasubjectiv dan intersubjective dari tindakan sosial dan
interaksi sosial.Metode kuesioner dan eksperimen dirasa kurang relevan karena
dapat mengganggu spontantas sikap si aktor.
c.
Paradigma Perilaku Sosial
B.F. Skinner melihat
dua paradigma yang lain, fakta sosial dan definisi sosial sebagai perspektif
yang bersifat mistik, dalam teka-teki, tidak dapat diterangkan secara rasional.
Yaitu pada eksistensi objek studinya.
Ide pengembangan
paradigma ini dari awal dimaksudkan untuk menyerang kedua paradigma
lainnya.Sehingga tidak diherankan terdapat perbedaan pandangan antara paradigma
perilaku sosial dengan fakta sosial dan definisi sosial.
Pokok
persoalan pada paradigma ini memusatkan perhatian kepada hubungan atara
individu dan lingkungannya. Lingkungan itu terdiri atas:
i.
Bermacam-macam obyek sosial
ii.
Bermacam-macam obyek non sosial
Tingkah
laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang
menghasilkan akibat-akibat sehingga ada hubungan antara tingkah laku dengan
perubahan yang terjadi dalam lingkungan.
Teori yang
termasuk dalam paradigm ini yaitu: [12]
i.
Teori behavioral
sosciology mencoba menerangkan
tingkah laku yang terjadi di masa sekarang melalui kemungkinan akibatnya yang
terjadi di masa yang akan datang. Reinforcement
yang dapat diartikan sebagai ganjaran
ii.
Teori exchange
dibangun sebagai reaksi terhadap paradigma fakta sosial, terutama menyerang ie
Durkheim. Selama interaksi berlangsung akan timbul suatu fenomena yang baru.
Metode
yang digunakan untuk meneliti paradigma ini yaitu dengan menggunakan metode
obsevasi, kuesioner, dan interview.Namun paradigma ini lebih menyukai
eksperimen di laboratorium sebagai metodenya.
C.
Paradigma Para Tokoh Sosiologi Masa Kini
Berikut adalah paradigma tokoh sosiologi masa kini
yaitu C. Wright Mills dan Peter Berger.[13]
1.
C.Wright Mills : The Sociological Imagination
Berpandangan
bahwa untuk memahami apa yang terjadi di dunia maupun apa yang ada dalam diri
sendiri manusia memerlukan apa yang dinamakannya imajinasi sosiologi
(sociological imagination). Menurut Mills sociological imagination ini akan
memungkinkan kita untuk memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan
hubungan antara keduanya. (Mills, 1968:6)
2.
Peter Berger : Invitation to Sociology
Menurut Berger :
1.
Tipe ideal seorang ahli sosiologi bertujuan memahami
masyarakat. Tujuannya bersifat Teoritis, yaitu memahami semata-mata. Seorang
ahli sosiologi harus objektif, mengendalikan prasangka dan pilihan pribadi,
mengamati secara jelas dengan menghindari penilaian normatif dan tujuannya
harus mengikuti aturan ilmiah, aturan mengenai pembuktian ilmiah.
2.
Faktor yang mendorong seseorang menjadi ahli
sosiologi adalah perhatian yang intensif, tak henti-henti serta tanpa rasa malu
terhadap perilaku manusia.
3.
Letak daya tarik sosiologi adalah dalam mengungkap
realitas sosial, seorang ahli sosiologi menyingkapkan berbagai lapisan tabir,
dan penyingkapan tiap helai tabir menampilkan suatu realitas baru yang tak
terduga.
D.
Perbedaan Paradigma Dalam Sosiologi
Paradigma
|
Objek studi
|
Keaktifan individu
|
Metode penelitian
|
|
Fakta sosial
|
Sesuatu yang nyata
|
Dikekang oleh norma noram, peraturan,
nilai
|
Kuesioner dan interview
|
|
Definisi sosial
|
Tindakan seseorang
|
Aktif, tidak dikekang dan terpaksa
|
Observasi
|
|
Perilaku sosila
|
Tingkah laku dan perulangannya
|
Eksperimen
|
Paradigma
perilaku sosial berbeda dengan paradigma definisi sosial yang dinamis dan
mempunyai kekuatan kreatif di dalam proses interaksi, paradigma perilaku sosial
kurang memiliki kebebasan dan lebih bersifat mekanik. Sedang perbedaaan dengan
paradigma fakta sosial terdapat pada sumber pengendali tingkah laku.
Akibat negatif.
Para tokoh sosiologi lebih banyak menggunakan waktu dan perhatian untuk
mempertahankan asumsi dasar mereka terhadap kritik dari penganut paradigma
lain, dariada memusatkan penyelidikan terhadap persoalan spesifik tertentu.
Kecenderungan untuk mnempatkan seorang lawan sebagai antek dan usaha penganut
untuk melebih-lebihkan paradigma yang dianut.Dan juga kecenderungn penganut
paradigma lain untuk menyerang nama baik penganut paradigma lain.
Akibat positif.Kritik
yang relevan dari paradigma yang berlainan, dapat membantu seorang tokoh untuk
menjernihkan pikirannya dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah
dilakukan.Perbedaan pendapat antar penganut paradigma dapat menjernihkan
masalah yang diselidiki, yang mungkin sebelumnya masih kabur. Kritik yang
dilancarkan penganut paradigma lain juga dapat menunjukan premis-premis
paradigma lain dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap pemikirannya.
E.
Kasus Dalam Kehidupan Riil
Suatu contoh
penerapan paradigma dalam kehidupan manusia ialah pada saat seseorang melempar
batu kesungai dengan tanpa memiliki arti ataupun tujuan untuk menganggu orang
lain itu bukan dinamakan tindakan sosial. Namun ketika batu yang dilempar
memiliki tujuan untuk mengganggu orang lain ataupun untuk menimbulkan reaksi
orang lain terhadap batu yang kita lempar maka itu bisa disebut tindakan
sosial. Kasus itu merupakan penerapan dari paradigma definisi sosial yang
dikemukakan oleh Max Weber.Paradigma ini menerangkanbahwa tindakan sosial ialah
sesuatu yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang laindan
berorientasi pada perilaku orang lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Paradigma itu
diartikan sebagai pandangan mengenai pokok persoalan yang menjadi pusat
perhatian dalam suatu ilmu pengetahuan. Paradigma menentukan apa yang
seharusnya menjadi obyek studi dalam disiplin tertentu.
Menurut beberapa
tokoh perintis dalam sosiologi, ada tiga paradigma yang berkembang dalam sosiologi,
yaitu: paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial, dan paradigma
perilaku sosial.
Menurut tokoh
masa kini, seperti C.Wright Mills berpendapat bahwa seseorang yang ingin dapat
memahami apa yang terjadi di dunia dan apa yang ada dalam dirinya maka ia
memerlukan imajinasi sosiologi (sociological imagination).
Perbedaan
paradigma dalam sosiologi antara lain jika pada fakta sosial objek studinya
adalah sesuatu yang nyata dan metode yang digunakan lebih pada kuesioner dan
interview, jika pada definisi sosial objek studinya tindakan seseorang dan
metode yang digunakan dalam penelitian yaitu observasi, sedangkan pada perilaku
sosial objek kajiannya tingkah laku dan perulangannya dan metodenya menggunakan
eksperimen.
Paradigma yang
dikemukakan para tokoh mampu menjelaskan kejadian yang terjadi di dalam
kehidupan riil atau nyata di masyarakat.Selain itu paradigma mampu menjelaskan
perbedaan antar masalah sosial.
DAFTAR
PUSTAKA
George Ritzer, Sosiologi Ilmu
Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta:CV Rajawali, 1985.
Soekanto,
Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar,Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
[1] George Ritzer, Sosiologi Ilmu
Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta:CV Rajawali, 1985),hal.6
[3] Kamanto Sunarto, Pengantar
Sosiologi, (Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Jakarta, 2004),hal.18
[4] George Ritzer, ….hal.16
[6] George Ritzer, Sosiologi Ilmu
Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta:CV Rajawali, 1985),hal.23
[10] George Ritzer, Sosiologi Ilmu
Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta:CV Rajawali, 1985),hal.45
[12] George Ritzer, Sosiologi Ilmu
Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta:CV Rajawali, 1985),hal.85
[13] Kumanto Sunarto, Pengantar Sosiologi ,……., hal. 13.