Kamis, 30 Mei 2013

paradigma sosiologi



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Sosiologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang membahas perilaku manusia dalam bermasyarakat.Berbeda dengan psikologi yang merupakan cabang ilmu pengetahuan yang membahas perilaku manusia sebagai bawaan dari lahir dan bukan hasil dari interaksi atau hubungan bermasyarakat.Sosiologi juga bukan cabang dari ilmu filsafat, sosiologi berdiri sendiri sebagai cabang pengetahuan yang utuh.
Dalam perkembangannya mewujudkan sosiologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri, terdapat berbagai pandangan mengenai pokok persoalan yang dibahas dan menjadi objek dalam kajian sosiologi.Inilah yang disebut paradigma dalam sosiologi.Para tokoh sosiologi mempunyai berbagai pandangan mengenai objek sosiologi sehingga menimbulkan terbentuknya perbedaan paradigma.
Paradigma yang berbeda-beda inilah yang menimbulkan pertanyaan mengenai mana yang lebih baik dan mana yang mendekati kepada kebenaran.Bagaimana masing-masing paradigma dalam menanggapi masalah sosial yang seringkali terjadi di dalam bermasyarakat.Apakah setiap perilaku seseorang merupaka suatu tindakan sosial. Dalam makalah ini sedikit akan memberi penjelasan mengenai paradigma sosiologi.

B.       Rumusan Masalah
a.         Apa yang dimaksud dengan paradigma?
b.         Bagaimana paradigma para tokoh perintis sosiologi?
c.         Bagaimana paradigma para tokoh sosiologi masa kini?
d.        Bagaimana perbedaan paradigma dalam sosiologi?
e.         Apa kasus paradigma yang ada dalam kehidupan riil?

C.       Tujuan
a.         Menjelaskan arti dari paradigma.
b.         Menjelaskan paradigma para tokoh perintis sosiologi.
c.         Menjelaskan paradigma para tokoh sosiologi masa kini.
d.        Membedakan paradigma dalam sosiologi.
e.         Memberikan contoh kasus riil di masyarakat terkait dengan paradigma dalam sosiologi.
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Paradigma
Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Khun di dalam karyanya The structure of Scientific Revolution. Namun didalam bukunya ini dia tidak merumuskan secara jelas apa arti dari paradigma. Kuhn sendiri nampaknya megartikan paradigma sebagai keseluruhan susunan kepercayaan, nilai-nilai serta teknik-teknik yang sama-sama dipakai oleh anggota komunitas ilmuwan tertentu.[1]
Sedangkan menurut George Ritzer paradigma adalahpandangan dasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan (discipline).[2]
Jadi istilah paradigma itu diartikan sebagai pandangan mengenai pokok persoalan yang menjadi pusat perhatian dalam suatu ilmu pengetahuan. Paradigma menentukan apa yang seharusnya menjadi obyek studi dalam disiplin tertentu.

B.       Paradigma Para Tokoh Perintis Sosiologi
Paradigma merupakan suatu pandangan, yang sangat dimungkinkan satu dengan yang lain memiliki perbedaan mengenai obyek studi. Terdapat tiga paradigma sosiologi yang berkembang yaitu: paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial, paradigma perilaku sosial.
a.         Paradigma Fakta Sosial
Dalam paradigma ini yang menjadi kajian obyek persoalan berupa fakta sosial.Fakta sosial merupakan cara bertindak, berpikir, dna berperasaan yang berada di luar individu, dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikan.[3]
Arti penting pernyataan Durkheim ini terletak pada usahanya untuk menerangkan bahwa fakta sosial tidak dapat dipelajari melalu intropeksi.Fakta sosial harus diteliti di dalam dunia nyata sebagaimana orang mencari barang sesuatu yang lainnya.[4]
Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam:[5]
                             i.         Dalam bentuk material. Yaitu barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap dan diobservasi. Contohnya arsitektur dan normahukum.
                            ii.         Dalam bentuk non material. Yaitu sesuatu yang dianggap nyata (external). Contohnya adalah egoism, altruism dan opini.
Secara garis besar pusat perhatian paradigma ini adalah struktur sosial dan pranata sosial.Dalam sosiologi modern pranata sosial cenderung dipandang sebagai antar hubungan norma-norma dan nilai-nilai yang mengitari aktifitas manusia atau kedua masalahnya.[6]Contohnya keluarga, pemerintahan, agama.Sedangkan jaringan hubungan sosial di mana interaksi sosial berproses dan menjadi terorganisir serta melalui mana posisi-posisi sosial dari individu dan sub-kelompok dapat dibedakan, sering di sebut struktur sosial.[7]
Ada empat teori yang tergabung dalam paradigma ini:[8]
                             i.         Teori fungsionalisme struktural yang menekankan kepada keteraturan dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Ilmuwan dari teori ini adalah Robert K.Merton. Masyarakat berada dalam kondisi statis dan bergerak dalam kondisi seimbang.
                           ii.         Teori konflik dibangun untuk menentang secara langsung teori fungsionalisme struktural. Masyarakat senantiasa berada dalam otoses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terus menerus di antara unsur-unsurnya.
                         iii.         Teori system
                         iv.         Teori sosiologi mikro
Yang dominan dalam teori di atas adalak kedua yang disebutkan mula-mula.
Metode yang digunakan dalam paradigma ini adalah menggunakan metode kuesioner dan interview dalam penelitian empiris.Karena sebagian fakta sosial merupakan sesuatu yang dianggap nyata.Sehingga tidak cocok menggunakan metode observasi yang mempelajari gejala aktual saja.
b.         Paradigma Definisi Sosial
Berbeda dengan Durkheim yang membedakan antara struktur dan pranata sosial, Weber tidak memisahkan  dengan tegas struktur dan pranata sosial secara tegas. Pokok persoalan yang dibahas dari paradigma ini adalah sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial. Yang dimaksudkannya dengan tindakan sosial itu adalah tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subyetif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain.[9]
Tindakan sosial yang dimaksudkan Weber bisa berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain ada juga tindakan yang berupa “membatin” atau bersifat subyektif yang mungkin terjadi karena pengaruh situasi positif.
Weber mengemukakan ada lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi yaitu:[10]
                         i.          Tindakan manusia yang menurut si aktor mengandung makna subyektif. Ini meliputi berbagai tindakan nyata.
                       ii.          Tindakan nyata yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif.
                     iii.          Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam
                     iv.          Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.
                       v.          Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu
Selain dari ciri diatas tindakan sosial juga bisa dibedakan dari sudut waktu. Tindakan sosial yang diarahkan kepada waktu sekarang atau yang akan datang.
Ada tiga teori yang masuk dalam paradigma ini yaitu:[11]
                       i.            Teori aksi
                     ii.            Teori interactionism
                   iii.            Fenomenologi
Ketiganya mempunyai persamaan pandangan bahwa manusia adalah actor yang kreatif dari realitas sosial, dan realitas sosial bukan merupakan alat yang statis yang dipaksakan sepenuhnya oleh fakta sosial tidak sepenuhnya ditentukan oleh noram-norma dan nilai yang ada.
Metode yang digunakan untuk penelitian  cenderung menggunakan metode observasi. Alasannya adalah untuk dapat memahami realitas intrasubjectiv dan intersubjective dari tindakan sosial dan interaksi sosial.Metode kuesioner dan eksperimen dirasa kurang relevan karena dapat mengganggu spontantas sikap si aktor.
c.       Paradigma Perilaku Sosial
B.F. Skinner melihat dua paradigma yang lain, fakta sosial dan definisi sosial sebagai perspektif yang bersifat mistik, dalam teka-teki, tidak dapat diterangkan secara rasional. Yaitu pada eksistensi objek studinya.
Ide pengembangan paradigma ini dari awal dimaksudkan untuk menyerang kedua paradigma lainnya.Sehingga tidak diherankan terdapat perbedaan pandangan antara paradigma perilaku sosial dengan fakta sosial dan definisi sosial.
Pokok persoalan pada paradigma ini memusatkan perhatian kepada hubungan atara individu dan lingkungannya. Lingkungan itu terdiri atas:
                    i.              Bermacam-macam obyek sosial
                  ii.              Bermacam-macam obyek non sosial
Tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat sehingga ada hubungan antara tingkah laku dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungan.
Teori yang termasuk dalam paradigm ini yaitu: [12]
                  i.              Teori behavioral sosciology  mencoba menerangkan tingkah laku yang terjadi di masa sekarang melalui kemungkinan akibatnya yang terjadi di masa yang akan datang. Reinforcement yang dapat diartikan sebagai ganjaran
                ii.              Teori exchange dibangun sebagai reaksi terhadap paradigma fakta sosial, terutama menyerang ie Durkheim. Selama interaksi berlangsung akan timbul suatu fenomena yang baru.
Metode yang digunakan untuk meneliti paradigma ini yaitu dengan menggunakan metode obsevasi, kuesioner, dan interview.Namun paradigma ini lebih menyukai eksperimen di laboratorium sebagai metodenya.

C.       Paradigma Para Tokoh Sosiologi Masa Kini
Berikut adalah paradigma tokoh sosiologi masa kini yaitu C. Wright Mills dan Peter Berger.[13]
1.         C.Wright Mills : The Sociological Imagination
Berpandangan bahwa untuk memahami apa yang terjadi di dunia maupun apa yang ada dalam diri sendiri manusia memerlukan apa yang dinamakannya imajinasi sosiologi (sociological imagination). Menurut Mills sociological imagination ini akan memungkinkan kita untuk memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. (Mills, 1968:6)
2.      Peter Berger : Invitation to Sociology
Menurut Berger :
1.      Tipe ideal seorang ahli sosiologi bertujuan memahami masyarakat. Tujuannya bersifat Teoritis, yaitu memahami semata-mata. Seorang ahli sosiologi harus objektif, mengendalikan prasangka dan pilihan pribadi, mengamati secara jelas dengan menghindari penilaian normatif dan tujuannya harus mengikuti aturan ilmiah, aturan mengenai pembuktian ilmiah.
2.      Faktor yang mendorong seseorang menjadi ahli sosiologi adalah perhatian yang intensif, tak henti-henti serta tanpa rasa malu terhadap perilaku manusia.
3.      Letak daya tarik sosiologi adalah dalam mengungkap realitas sosial, seorang ahli sosiologi menyingkapkan berbagai lapisan tabir, dan penyingkapan tiap helai tabir menampilkan suatu realitas baru yang tak terduga.

D.      Perbedaan Paradigma Dalam Sosiologi
Paradigma
Objek studi
Keaktifan individu

Metode penelitian
Fakta sosial
Sesuatu yang nyata
Dikekang oleh norma noram, peraturan, nilai

Kuesioner dan interview
Definisi sosial
Tindakan seseorang
Aktif, tidak dikekang dan terpaksa

Observasi
Perilaku sosila
Tingkah laku dan perulangannya


Eksperimen

Paradigma perilaku sosial berbeda dengan paradigma definisi sosial yang dinamis dan mempunyai kekuatan kreatif di dalam proses interaksi, paradigma perilaku sosial kurang memiliki kebebasan dan lebih bersifat mekanik. Sedang perbedaaan dengan paradigma fakta sosial terdapat pada sumber pengendali tingkah laku.
Akibat negatif. Para tokoh sosiologi lebih banyak menggunakan waktu dan perhatian untuk mempertahankan asumsi dasar mereka terhadap kritik dari penganut paradigma lain, dariada memusatkan penyelidikan terhadap persoalan spesifik tertentu. Kecenderungan untuk mnempatkan seorang lawan sebagai antek dan usaha penganut untuk melebih-lebihkan paradigma yang dianut.Dan juga kecenderungn penganut paradigma lain untuk menyerang nama baik penganut paradigma lain.
Akibat positif.Kritik yang relevan dari paradigma yang berlainan, dapat membantu seorang tokoh untuk menjernihkan pikirannya dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan.Perbedaan pendapat antar penganut paradigma dapat menjernihkan masalah yang diselidiki, yang mungkin sebelumnya masih kabur. Kritik yang dilancarkan penganut paradigma lain juga dapat menunjukan premis-premis paradigma lain dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap pemikirannya.

E.       Kasus Dalam Kehidupan Riil
Suatu contoh penerapan paradigma dalam kehidupan manusia ialah pada saat seseorang melempar batu kesungai dengan tanpa memiliki arti ataupun tujuan untuk menganggu orang lain itu bukan dinamakan tindakan sosial. Namun ketika batu yang dilempar memiliki tujuan untuk mengganggu orang lain ataupun untuk menimbulkan reaksi orang lain terhadap batu yang kita lempar maka itu bisa disebut tindakan sosial. Kasus itu merupakan penerapan dari paradigma definisi sosial yang dikemukakan oleh Max Weber.Paradigma ini menerangkanbahwa tindakan sosial ialah sesuatu yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang laindan berorientasi pada perilaku orang lain.



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Paradigma itu diartikan sebagai pandangan mengenai pokok persoalan yang menjadi pusat perhatian dalam suatu ilmu pengetahuan. Paradigma menentukan apa yang seharusnya menjadi obyek studi dalam disiplin tertentu.
Menurut beberapa tokoh perintis dalam sosiologi, ada tiga paradigma yang berkembang dalam sosiologi, yaitu: paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial, dan paradigma perilaku sosial.
Menurut tokoh masa kini, seperti C.Wright Mills berpendapat bahwa seseorang yang ingin dapat memahami apa yang terjadi di dunia dan apa yang ada dalam dirinya maka ia memerlukan imajinasi sosiologi (sociological imagination).
Perbedaan paradigma dalam sosiologi antara lain jika pada fakta sosial objek studinya adalah sesuatu yang nyata dan metode yang digunakan lebih pada kuesioner dan interview, jika pada definisi sosial objek studinya tindakan seseorang dan metode yang digunakan dalam penelitian yaitu observasi, sedangkan pada perilaku sosial objek kajiannya tingkah laku dan perulangannya dan metodenya menggunakan eksperimen.
Paradigma yang dikemukakan para tokoh mampu menjelaskan kejadian yang terjadi di dalam kehidupan riil atau nyata di masyarakat.Selain itu paradigma mampu menjelaskan perbedaan antar masalah sosial.



DAFTAR PUSTAKA

George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta:CV Rajawali, 1985.
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi,Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Jakarta, 2004.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar,Jakarta: Rajawali Pers, 2012.


[1] George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta:CV Rajawali, 1985),hal.6
[2]Ibid.,hal.8.
[3] Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Jakarta, 2004),hal.18
[4] George Ritzer, ….hal.16
[5]Ibid.,hal.17.

[6] George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta:CV Rajawali, 1985),hal.23
[7]Ibid.,hal.22
[8]Ibid.,hal.24
[9]Ibid.,hal.44
[10] George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta:CV Rajawali, 1985),hal.45
[11]Ibid.,hal.49

[12] George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta:CV Rajawali, 1985),hal.85
[13] Kumanto Sunarto, Pengantar Sosiologi ,……., hal. 13.

Tidak ada komentar: